A.
Koherensi
Dalam
karyanya “ proces and Thoght in Composition”,Frank J.D Angelo (1980) telah
meneliti serta mendaftarkan aneka sasaran koherensi bagi paragraf. Macam macam
koherensi yang berpenanda antara lain:
1. Hubungan makna adisi. Ditandai
oleh penggunaan kata-kata seperti dan, juga, lagi, pula, lagipula.
Contoh:
Para remaja zaman
sekarang sudah tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar. Mereka lebih
memilih untuk memakai bahasa asing dan
bahasa daerah.
2. Hubungan
makna kontras.
Ditandai oleh penggunaan kata-kata
seperti : akan tetapi, tetapi, dan padahal.
Contoh :
Tokoh protagonis yang
membawa misi kebaikan selalu dijegal dan dihalang-halangi oleh tokoh antagonis
yang memerankan kejahatan. Dalam hal berdisiplin juga begitu. Hati nurani kita
menginginkan berperilaku disiplin seperti yang diajarkan pancasila, tetapi nafsu kita terkadang muncul tidak
terkendali.
3. Hubungan
makna kausalitas.
Ditandai oleh
penggunaan kata-kata seperti : oleh sebab itu, oleh karena itu, oleh karenanya,
karena.
Contoh :
Tantangan dan godaan
kehidupan itu hanya bisa dihadapi dengan kekuatan iman, hal ini karena dngan
iman yang kuat, kesusahan dan penderitaan hidup tidak membuat seorang mukmin
yan sejati menjadi putus asa, sementara kesenangan dan kenikmatan hidup tidak
membuatnya lupa diri. Oleh karena itu, mengukuhkan keimanan kita kepada Allah SWT.
4. Hubungan
makna kondisi.
Ditandai oleh
penggunaan kata-kata seperti : andai kata, asal seperti itu, seandainya..
Contoh
Laras terduduk
dilantai. Disentunya baju-baju arham yang teronggok dikarpet dan siap dimasuka
kedos. Ia merasa deja-vu. Perasaan sakit ini. Ia tidak mengerti mengapa bisa
dialaminya kembali. Bahkan lebih sakit dari yang dulu. Ia tidak bisa
memperlihatkan pada Liris perasaanya, karena adiknya itu tidak tahu perasaannya
pada Radit. Walau seandainya Liris
tahu, adiknya juga tidak akan peduli.
5. Hubungan makna
instrument.
Ditandai oleh penggunaan
kata-kata seperti dengan begitu, dengan itu, dengan.
Contoh:
Agar ibadah
dilaksanakan dengan menghasilkan
peningkatan kekukuhan iman, maka ibadah harus dilaksanakan dengan niat yang ikhlas, cara yang benar, dan rdho Allah yang
menjadi tujuanya.
6. Hubungan makna konklusi
Ditandai dengan pengguanaan kata‑kata seperti: seperti jadi,
akhirnya.
Contoh:
Pancasila memang sudah
menuntun kita untuk berperilaku disiplin dalam hidup kita sehari-hari.sila
pertama, misalnya dalam menjalankan agama masing-masing, tidak seenaknya
sendiri. Bagi yang beragama islam, misalnya, shalat harus dilaksanakan dengan
disiplin. Puasa juga harus dilaksanaka dengan kadar disiplin yang tinggi.
Demikian pula dalam mengamalkan sila-sila pancasila yang lain dalam masyarakat.
Jadi, sebenarnya disiplin itu bukan
hal yang resmi saja, bukan hal yang dikaitkan dengan kedinasan saja.
7. Hubungan
makna tempo
Ditandai oleh penggunaan kata-kata
seperti : setelah itu, ketika itu, sebelum, saat itu.
Contoh:
Semenjak kejadian itu
rumahnya sudah tidak ada lagi yang menempati. Kerabat-kerabatnya tidak ada yang
mau menempati rumahnya. Akhirnya surti membiarkan rumahnya kosong dan tidak ada
yang merawatnya. Ketika malam tiba
tidak ada yang berani lewat di depan rumahnya.
8. Hubungan makna intensitas.
Ditanadai oleh penggunaan kata‑kata seperti: bahkan, malahan (justru),
lebih.
Contoh:
Apa yang teleh Allah
ciptakan memang menunjukkan kepada kita betapa besar kekuasaan Allah SWT, salah
satu contohnya adalah Allah ciptakan manusia dalam jumlah yang banyak, tetapi
tidak ada satupun manusia yang sama meskipun manusia yang kembar sekalipun, bahkan telapak tanganya saja tidak sama
sehingga ada guratan-guratan pada jaritangan manusia yang berbeda antara yang
satu dan yang lainya.
9. Hubungan makna komparasi.
Ditandai oleh penggunaan
kata-kata seperti: dari pada.
Contoh:
Prabhawati marah sekali
dan burung bayan betina itu hendak dibunuhnya tetapi si betina dapat meloloskan
dirinya. Baya jantan yang mengetahui maksud Prabhawati itu tidak mencela-cela
perbuatannya. Ia mencari akal untuk menahan maksud istri Madanasena dari pada
niatnya yang buruk.
10. Hubungan makna similaritas.
Ditandai oleh penggunaan kata‑kata seperti: serupa dengan, sepertinya,
seperti.
Contoh:
Di antara segala unggas
dialah yang terlebih berkala, adalah ahlaknya itu seperti menteri yang Budiman.
11. Hubungan makna validitas.
Ditandai oleh penggunaan kata‑kata seperti benar, sesungguhnya, sebenarnya.
Contoh:
Penggantinya Hang Tuah
dikaraton adalah Hang Jebat, yang sebenarnya
menaruh dendam atas keputusan raja yang dijatuhkan kepada Hang Tuah. Karena
rasa setia kawan itu Hang Jebat mengamuk, banyak orang yang tewas oleh keris
pemberian dari Hang Tuah.
Mbak itu yang paling atas, yang kata Thoght itu kurang hurus u jadi Thought harusnya Mbak
BalasHapusMakasih ya Mbak Info Koherensinya di buku B.Indosaya gk ada Mbak
BalasHapuskak boleh tau referensinya apa?
BalasHapus